Bintan  

Dato’ Shahrin bin Hashim dan Definisinya Tentang Melayu

Akademisi dan budayawan Melayu asal Johor, Malaysia, Dato' Shahrin bin Hashim usai acara Focus Group Discussion (FGD) Kebudayaan sempena Hari Marwah Provinsi Kepri ke-21, di Gedung Megat Seri Rama, Lembaga Adat Melayu (LAM) Bintan, Senin, 15 Mei 2023.

BINTAN- Dato’ Shahrin bin Hashim menjadi salah satu tamu undangan peringatan Hari Marwah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ke-21 tahun 2023.

Akademisi yang sekaligus budayawan Melayu asal Johor, Malaysia, itu diminta datang secara khusus tokoh sentral perjuangan pembentukan Provinsi Kepri, Dato’ Huzrin Hood, yang kini menjabat Ketua Yayasan Badan Pekerja Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR).

Shahrin mengatakan kedatangannya ini bukanlah yang pertama. Sebab, setiap kali daerah ini menggelar hari-hari besar, dirinya dan sejumlah sejawatnya dipastikan diundang.

Tidak hanya di Provinsi Kepri, Shahrin bahkan kerap mendapat jemputan dari sejumlah universitas di Jawa. Menghadiri diskusi atau memberi kuliah umum yang membahas isu-isu aktual seputar budaya Melayu, sosial, agama, dan pendidikan.

Ia berharap kehadirannya di Indonesia semakin mempererat hubungan dua negara.

Adapun Provinsi Kepri memiliki arti khusus baginya. Sebab, provinsi ini dan kampung halamannya, Johor, terikat sejarah.

Dijelaskan, Provinsi Kepri pada masa lalu bagian dari wilayah Kesultanan Johor. Sedangkan Johor adalah bagian dari Kesultanan Malaka.

Pada puncaknya, kesultanan Malaka menguasai Johor modern yang terdiri dari beberapa wilayah di tepi sungai Klang dan Linggi, Singapura, Bintan, Riau, Lingga, Karimun, Bengkalis, hingga Kampar dan Siak di Sumatera.

Shahrin mengucapkan terima kasih kepada Huzrin, pemerintah daerah, dan seluruh masyarakat Kepri atas undangan dan jamuannya.

“Mudah-mudahan hubungan Johor dan Provinsi Kepri semakin erat. Dan hubungan kerja samanya juga semakin baik pula,” tuturnya.

Sementara sebagai bentuk memperkokoh silaturahmi Johor dan Provinsi Kepri, Dosen Sosiologi Universitas Teknologi Malaysia (UTM) itu berencana membentuk komunitas. Namanya: “Bangsa yang Bahagia.” Melibatkan sejumlah tokoh dari Johor dan Kepri.

Fokus kerja komunitas tersebut membantu masyarakat kurang mampu. Juga pemberdayaan perempuan dan anak.

Salah satu pejuang pembentukan Provinsi Kepri, Anis Anorita Zaini, tampak tertarik dengan gagasan Shahrin.

Usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Kebudayaan, di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Bintan, Senin, 15 Mei 2023, Anis langsung mengundang Shahrin dan dua koleganya ke kediamannya.

Di Jalan Kijang Lama (Batu 6), Kota Tanjungpinang.

Di antara suguhan gonggong dan kerang bulu, perbincangan soal program komunitas berlanjut. Dibahas secara mendalam dan detail.

Program pemberdayaan masyarakat prasejahtera, misalnya. Shahrin menginginkan pihaknya memberikan pinjaman bergulir. Utamanya kepada mereka yang mustahil diterima bank.

Penerima bisa memanfaatkan pinjaman untuk modal usaha. Jika usaha berjalan dan mulai untung, pinjaman dikembalikan. Untuk kembali diberikan kepada yang lain. Begitu seterusnya.

Di sisi lain, Shahrin mengaku takjub dengan Anis. Usianya tak lagi muda. Tapi tetap segar. Dan gesit. Bahkan terus aktif di organisasi.

Bahkan pada Pemilu Serentak 2024, Anis akan maju mengikuti pemilihan Anggota DPRD Provinsi Kepri. Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Daerah pemilihan (dapil) Kota Tanjungpinang.

Adapun organisasi dimana Anis terlibat langsung, di antaranya ia Ketua DPD Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) Provinsi Kepri, Ketua Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) Provinsi Kepri, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota Tanjungpinang, Ketua Umum Kekerabatan Keluarga Kabupaten Kepulauan Anambas (K3A), dan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bina Kaumku.

Selain itu, Anis juga salah satu wanita yang tercatat sebagai pejuang pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Shahrin pun langsung meminta Anis menyiapkan legalitas salah satu organisasinya. Untuk dipelajari. Di Johor nanti Shahrin akan membicarakannya dengan sejumlah tokoh guna mengimplementasikan program “Bangsa yang Bahagia” tadi.

Oya, dua kolega Shahrin yang ikut ke rumah Anis adalah Mohd Azlan bin Dato’ Mohd Sharif dan Rudi. Keduanya juga dari Johor.

Azlan seorang pengkaji sejarah. Kepakarannya di bidang tersebut telah mendapatkan pengakuan sejumlah universitas di Malaysia. Adapun dalam kesehariannya, Azlan berprofesi sebagai konsultan pengawas proyek. Bagian keselamatan.

Ia mengaku leluhurnya berasal Jawa Timur. “Sudah berdasarkan kajian,” katanya.

Adapun Rudi, semacam tauke sawit. “Pekerja kami banyak dari Selat Panjang,” ujar dia.

Wajah Shahrin seketika serius saat menerangkan makna Melayu. Ia memiliki definisi sendiri. Ia bahkan menuliskanya.

“Ini telah disemak (diperiksa) dan mohon jangan diubah,” katanya.

“Selaku akademia (akademisi) dan pemikir (budayawan) dalam bidang Sosiologi dan Falsafah Melayu, saye lebih cenderung dalam merasakan bahwa pengenalan diri akan Melayu itu terkandung dalam falsafah Melayu itu sendiri. Yaitu, “Melayu itu alam dunia pemikiran ketuhanan, budaya yang memerintah.”

Melayu mesti terus unggul sebagai pencetus ketamadunan (peradaban) dan peneraju (pelopor) budaya yang memerintah, yang harus dituruti oleh sekalian yang ada di dunia ini. Sesuai dengan ungkapan keramat, “Selagi hayat dikandung bunia, takkan Melayu hilang di dunia.”

Maka seruannye kepada seluruh anak cucu cicit Melayu untuk bangkit semula. Mengenal hakekat akan Melayu, arah tuju Melayu, teras Melayu, perjuangan Melayu, dan fitrah Melayu.

“Semoga hatimu selalu berkata, aku Melayu, hidupku Melayu, dan matiku Melayu.”

Selama dua hari Shahrin, Azlan dan Rudi mengikuti rangkaian acara Hari Marwah yang dipusatkan di Kabupaten Bintan.

Tamu kehormatan asal Malaysia dan Singapura yang juga hadir pada momen bersejarah ini, di antaranya Ketua Umum Akademi Perantara Malaka Datok Huzaifah Hasyim, Konsulat Jenderal RI di Johor, Sandi Alexander dan Encep Ridwan. (Yoyok Sudirman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *